Beratnya Zina - Imam Syafi'i
Satu saat asy-Syafi’i ditanya mengapa hukum bagi pezina sedemikian beratnya.
Wajah asy-Syafi’i memerah, pipinya rona delima “karenanya”, lalu
jawabnya dengan mata menyala..
“Zina adalah dosa yang bala’, akibatnya mengenai semesta keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus di rumahnya dan semut di liangnya”.
Ia ditanya lagi, "Mengapa tentang pelaksanaan hukuman itu,
Allah berkata “Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama!”?"
Asy-Syafi’i terdiam.
Ia menunduk.
Ia menangis setelah sesak sesaat, lalu berkata..
“Karena zina seringkali datang dari cinta, dan cinta selalu membuat kita iba, dan syaitan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya”.
Ia ditanya lagi, "dan mengapa Allah berfirman pula "Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” Bukankah untuk pembunuh, si murtad, dan pencuri Allah tak pernah mensyaratkan menjadikannya tontonan?"
Janggut asy-Syafi’i telah basah, bahunya terguncang–guncang, lalu menjawab,
“Agar menjadi pelajaran..”
Ia terisak..
“..agar menjadi pelajaran..”
Ia tersedu ..
“..agar menjadi pelajaran”
Ia tergugu..
Lalu ia bangkit dari duduknya, matanya kembali menyala.
“Karena ketahuilah oleh kalian. Sesungguhnya zina adalah hutang, sungguh hutang. Dan salah seorang dalam nasab pelakunya pasti harus membayarnya!”
jawabnya dengan mata menyala..
“Zina adalah dosa yang bala’, akibatnya mengenai semesta keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus di rumahnya dan semut di liangnya”.
Ia ditanya lagi, "Mengapa tentang pelaksanaan hukuman itu,
Allah berkata “Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama!”?"
Asy-Syafi’i terdiam.
Ia menunduk.
Ia menangis setelah sesak sesaat, lalu berkata..
“Karena zina seringkali datang dari cinta, dan cinta selalu membuat kita iba, dan syaitan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya”.
Ia ditanya lagi, "dan mengapa Allah berfirman pula "Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” Bukankah untuk pembunuh, si murtad, dan pencuri Allah tak pernah mensyaratkan menjadikannya tontonan?"
Janggut asy-Syafi’i telah basah, bahunya terguncang–guncang, lalu menjawab,
“Agar menjadi pelajaran..”
Ia terisak..
“..agar menjadi pelajaran..”
Ia tersedu ..
“..agar menjadi pelajaran”
Ia tergugu..
Lalu ia bangkit dari duduknya, matanya kembali menyala.
“Karena ketahuilah oleh kalian. Sesungguhnya zina adalah hutang, sungguh hutang. Dan salah seorang dalam nasab pelakunya pasti harus membayarnya!”
***kutulis dalam menangis, semoga menjadi pengingat yang terwaris.
-Salim A. Fillah-
-Salim A. Fillah-
Leave a Comment