Dakwah Tanpa Akhlaq

Dakwah dan akhlaq tak sepatutnya dipisahkan, karena akhlaq itu sendiri adalah dakwah. Betapa banyak kisah2 orang kafir yang akhirnya memeluk Islam karena kemuliaan akhlaq pejuang dakwahnya.
Seorang pengemis Yahudi yang buta hingga seorang yang meludahi wajah Ali ra yang tak jadi membunuhnya. Pejuang dakwah harus berakhlaq mulia.
Ini sudah berlaku dari zaman Rasulullah saw. Adakah pejuang dakwah yang berdakwah tanpa akhlaq?
Wallahu 'alam, namun kisahnya tak pernah sampai terdengar, apalagi menggoreskan tinta emas dalam sejarah.
Saat ini, para pejuang dakwah di negeri ini lebih mementingkan dakwah minim akhlaq.
Sehingga ketika ia bertemu kritik, cacian, hinaan, atau fitnah, ia tak menunjukkan akhlaq yang mulia. Kalimat-kalimat thoyibah yang bisa menunjukkan akhlaq agung si pengucapnya pun sulit diucapkan saat bertemu orang yang tak sekata.
Agak kurang sreg rasanya saat seorang pejuang dakwah berkata, "gw ini pejuang dakwah, masalah buat lo?!" Teringat Khalifah Umar bin Khattab yang berseri-seri penuh senyum ketika seorang rakyatnya marah di depannya mengadukan persoalannya. Ia senang karena rakyat tidak takut menyampaikan kritik dan unek2 kepadanya. Sungguh, sebagai pejuang dakwah memang harus memilki ekstra kesabaran.
Tapi karena yang diperjuangkan agama Allah, maka cukuplah Allah yang akan menyelamatkan agama ini, bukan kita. Bukan tugas kita untuk berhasil, tugas kita hanya untuk berjuang.
Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah:
"Hasbiyallahu laa ilaha illa huwa 'alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul arsyil 'azhim" "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung." <at Taubah 129> Wallahu 'alam

No comments

Powered by Blogger.